Pesan Ibu Yang Selalu Kuingat : Jangan Manja
by
Arifah Wulansari
- January 30, 2019
"Ibu, Kuarungi Hidup Berbekal Ilmu Darimu. Kasih Sayangmu Ibu, Tak Terbantahkan Waktu _ Jasmine Elektrik "
Dulu saat saya masih kecil, saya sering merasa iri dengan teman-teman seusia saya yang bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan dengan mudah. Misalnya saat teman saya ingin beli mainan atau baju baru, maka ibunya akan langsung mengabulkan permintaannya. Tidak seperti saya, yang jika menginginkan sesuatu harus menunjukkan prestasi terlebih dulu. Jika saya merengek atau menangis saat meminta sesuatu, maka ibu akan langsung menegur saya dengan kalimat "Jangan manja, jika menginginkan sesuatu kamu harus berusaha dulu". Begitulah cara ibu mendidik saya sejak kecil.
Di rumah saya dulu, sama sekali tidak ada barang mewah. Tidak ada fasilitas seperti kulkas atau mesin cuci yang bisa memanjakan kami. Hanya ada televisi hitam putih yang jadi satu-satunya hiburan kami di rumah. Sejak saya masuk usia SD, ibu juga sudah membebani saya dengan tugas rutin seperti menyapu rumah dan mencuci baju saya sendiri. Kata ibu, saya harus belajar hidup mandiri sejak kecil. Ibu juga tidak pernah mengantar jemput saya sekolah. Dari SD hingga SMA, saya lebih sering berangkat sekolah dengan berjalan kaki, naik sepeda atau naik kendaraan umum. Dulu saya pernah punya anggapan bahwa ibu saya kejam, ibu saya raja tega. Namun setelah usia saya menginjak remaja ibu pernah berkata kepada saya, bahwa apa yang ibu lakukan selama ini kepada saya bukan berarti bahwa beliau tidak menyayangi saya.
Saya saat masih kecil bersama ibu |
Kata ibu saya, beliau sengaja tidak memberikan saya kemudahan karena jika saya terlalu dimanjakan hal tersebut malah akan menjerumuskan saya. Jika saya terlalu dimanja, maka saya akan tumbuh jadi anak yang malas, mudah putus asa, tidak punya inisiatif dan tidak kreatif. Itulah alasan kenapa ibu mendidik saya dengan keras sejak kecil.
Benar juga apa yang dikatakan ibu saya, karena pola didikan beliau saya tumbuh jadi pribadi yang tangguh. Dalam kehidupan saya dimasa lalu, saya seringkali bertemu dengan kegagalan. Misalnya saat masih sekolah, pernah dapat nilai jelek. Bahkan dalam urusan percintaan, pernah juga beberapa kali patah hati. Namun kegagalan demi kegagalan yang saya alami, tidak membuat saya putus asa. Saya selalu ingat pesan ibu saya, " Jangan Manja". Setiap kali saya merasa jatuh, pesan itu terngiang di telinga saya dan menjadi laksana cambuk yang memotivasi saya untuk bangkit lagi untuk berusaha lebih keras demi mendapatkan apa yang saya inginkan. Ternyata meskipun ibu saya tampak sebagai ibu yang raja tega dalam mendidik saya, namun ibu telah berhasil menanamkan mental pejuang dan pekerja keras dalam diri saya.
Dari jaman SMA, kuliah hingga bekerja telah banyak ujian hidup yang berhasil saya lalui |
Tidak memanjakan anak yang dilakukan oleh ibu saya tersebut, ternyata juga sejalan dengan teori perkembangan anak yang dijelaskan oleh rasulullah. Dalam suatu sesi seminar parenting yang saya ikuti, saya pernah mendapatkan penjelasan dari narasumber seminar tentang teori mendidik anak yang diajarkan oleh Rasulullah yaitu sebagai berikut :
" Dalam tujuh tahun pertama, anak adalah RAJA, tujuh tahun kedua, menjadi PEMBANTU ( yang harus taat dalam menjalankan perintah), sedangkan tujuh tahun ketiga menjadi WAZIR (menteri) yang bertanggungjawab terhadap tugas-tugasnya."
Apa yang dilakukan oleh ibu saya di masa lalu, juga mirip seperti itu. Saya ingat saat masih usia TK, ibu masih memperlakukan saya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Namun begitu saya masuk SD hingga saya dewasa, ibu berhenti memanjakan saya dan mulai memberikan berbagai macam tugas dan perintah untuk melatih tanggungjawab serta kemandirian saya. Semakin saya dewasa, ibu juga semakin minim dalam memberikan saya fasilitas. Misalnya saat saya ingin memiliki handphone ketika sudah duduk dibangku kuliah. Ibu saya selalu bilang bahwa tidak ada uang untuk membeli handphone, hingga akhirnya saya memilih untuk bekerja paruh waktu menjadi "tukang menggoreng nugget" di sebuah acara food expo, demi bisa membeli handphone sendiri.
Ibu memang paling tega memperlakukan saya terlebih saat saya kuliah. Dulu saya terpaksa harus hidup sebagai anak kost karena kuliah di luar kota. Tau nggak, berapa ibu memberi saya uang untuk hidup selama sebulan di tempat perantauan? ibu saya hanya memberi saya jatah uang sebesar 300.000 sebulan. Padahal untuk membayar kost saja sudah 150.000,- sisanya yang 150.000,- harus bisa saya cukupkan untuk hidup selama 1 bulan. Dulu saya pernah protes sama ibu. Tapi lagi-lagi ibu saya hanya berkata, " Jangan manja..uang itu harus cukup untuk biaya hidup sebulan". Akhirnya mau tidak mau, selama di tempat kost saya harus belajar masak setiap hari supaya bisa tetap makan hingga akhir bulan.
Ibu yang "tegaan" sama saya |
Iya..ibu saya memang raja tega. Tapi sebenarnya dibalik "kekejaman" beliau, saya tau bahwa di setiap doa yang beliau panjatkan kepada Tuhan, ibu tidak pernah lupa untuk menyebut nama saya dan mendoakan saya. Terbukti, meskipun ibu memberikan saya fasilitas yang sangat minim namun banyak sekali kemudahan tak terduga yang saya dapatkan. Misalnya saat kuliah, saya berhasil mendapatkan beasiswa dari kampus. Saya juga sangat mudah mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Bahkan di saat-saat genting, terkadang saya sering mendapatkan rejeki yang tidak terduga yang saya yakin datangnya pasti dari Allah. Itu semua karena doa ibu yang tak pernah putus untuk kebahagiaan saya.
Kini saya sudah berhasil membuktikan pada ibu saya, bahwa saya bukanlah anak manja. Sejak lulus kuliah, hidup saya benar-benar sudah tidak tergantung lagi pada ibu. Sebelum resmi diwisuda, saya sudah mendapatkan pekerjaan. Saat menikah, saya juga menikah dengan biaya sendiri tanpa meminta uang dari orang tua saya sepeserpun. Setelah berkeluarga hingga saat ini, saya dan suami saya benar-benar telah mampu hidup mandiri secara finasial tanpa membebani orang tua. Ternyata berhasil hidup mandiri itu bisa memberikan kepuasan batin tersendiri dalam hati saya.
Saya, ibu, anak pertama dan suami saya |
Setelah saya berkeluarga dan menjadi ibu, pesan ibu tersebut masih saya ingat dan saya terapkan juga kepada anak-anak saya. Meskipun kini hidup saya berkecukupan, tapi saya juga tidak mau memanjakan anak-anak saya. Saya tidak ingin anak - anak saya tumbuh jadi pribadi yang rapuh karena hidupnya terlalu dimanjakan. Meskipun saya dan suami sama - sama bekerja, tapi kami memilih untuk tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga kami lakukan sendiri sambil mengajarkan kepada anak saya supaya ia juga bisa belajar melakukan pekerjaan rumah tangga yang sederhana sejak masih usia dini.
Saat anak saya memasuki usia 7 tahun, saya mulai mengajarkannya untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah sederhana |
Saat menuliskan cerita ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada ibu saya atas apa yang sudah beliau lakukan untuk saya sejak kecil hingga saat ini. Saya tidak mungkin bisa hidup mandiri seperti sekarang, jika tidak mendapatkan didikan yang keras dari ibu. Saya akui bahwa meskipun ibu saya tampak sebagai raja tega yang tak jarang bersikap galak kepada saya, namun kasih sayang ibu tak terbantahkan waktu. Makanya saya ingin memberikan hadiah untuk ibu, meskipun saat ini bukanlah hari ibu. Yaitu berupa kado sebuah lagu untuk ibu saya tercinta dari grup band Jasmine Elektrik. Semoga saat ibu mendengar lagu ini, beliau tahu bahwa saya sangat berterimakasih atas apa yang sudah ibu lakukan dan berikan kepada saya.
Terimakasih ibuku, lihatlah bu..kini aku berhasil membuktikan bahwa aku bukanlah anak manja. Kehidupan berat dimasa lalu yang pernah ku alami, kini tak lagi terasa berat. Yang terasa hanyalah nostalgia yang indah untuk dikenang dan kuceritakan kepada anak-anakku. Aku bersyukur karena memiliki ibu yang telah mendidikku sebagai pejuang kehidupan. Dan pendidikan inilah yang akan aku turunkan kepada anak-anakku. Supaya kelak mereka juga berhasil tumbuh menjadi generasi yang tangguh.
#JasmineElektrikCeritaIbu