Anak Cerdas Itu Seperti Bola Karet

by - July 22, 2018


Belakangan kemaren saya sempat baper. Gara - garanya saya menganggap prestasi sekolah anak saya menurun. Sejak naik kelas 2 anak saya nggak pernah lagi dapat reward star of the week dari sekolahnya. Kalo lagi baper, biasanya saya curhat ke suami. Mendengar curhat saya suami sih jawabannya santai aja. " Kok mama baper? coba tanya deh ke Tayo, dia baper enggak? Kayaknya anaknya santai-santai aja tuh. Lagian meskipun Tayo nggak dapet reward star of the week selama 2 semester dari sekolah, tapi Tayo tetep jadi star yang paling bersinar di hati kita berduakan?", begitu kata suami sambil menggoda biar saya nggak larut dalam kebaperan.

Iya sih, bener kata suami. Meskipun nggak pernah lagi dapat reward star of the week tapi Tayo nggak pernah baper kayak saya. Dia malah bilang ke saya, kalau dapet rewardnya itu gantian. Dulu waktu kelas 1 Tayo udah pernah dapet, nah sekarang kelas 2 giliran ngasih kesempatan buat teman yang belum pernah dapet reward.

"Jadi...bukan karena anak kita nggak cerdas kan pa?" Tanya saya lagi kepada suami. " Ya..ampuun...mama masih mikirin soal star of the week itu ya?", suami saya malah tertawa mendengar pertanyaan saya. "Mama..kecerdasan anak itukan nggak bisa diukur dari penghargaan seperti itu. Mama sendiri dulu juga pernah bilang kalau kecerdasan anak itu nggak hanya diukur dari prestasi akademik saja. Kok sekarang malah lupa sama omongan sendiri", kata suami mengingatkan saya.

Duh..kalo emak lagi baper itu kadang logikanya suka lupa jalan, lebih ngedepanin perasaan. Iya...saya kok malah jadi meragukan kecerdasan anak saya sendiri cuma gara-gara reward. Salah besar deh saya. Meskipun nggak dapat reward selama 2 semester, tapi anak saya tetaplah anak yang cerdas.

Anak Cerdas Itu Seperti Apa Sih ?

Bagi saya definisi anak cerdas itu bukan hanya diukur dari prestasi akademik yang diraih, namun lebih dari itu. #AnakCerdasItu seperti bola karet yaitu anak yang saat ia terjatuh atau mengalami masalah dalam kehidupan maka ia justru akan memantul lebih tinggi dan bisa mengatasi masalah yang dihadapinya dengan baik. Bukannya hancur berkeping - keping seperti anak bola kaca ketika jatuh. Dan tidak juga merusak atau menghancurkan ketenangan saat terjatuh seperti anak bola besi.
Tayo adalah sosok kakak yang wise dan sayang sama adik
Dari pengamatan saya terhadap perkembangan Tayo, selama ini dia cakap dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi untuk ukuran anak seusianya. Tayo juga anak yang aktif dan kreatif, meskipun pembawaannya kalem tapi wawasannya luas. Apalagi kalau diajak ngobrol soal astronomi dan robotic, dia bakalan cerita panjang lebar tentang hal - hal yang kadang nggak semua anak seumurannya paham. Selain itu Tayo juga anak yang wise dan mudah diberi pengertian sejak kecil. Cepat paham jika belajar sesuatu dan kecerdasan spritualnya tinggi. 

Begini Cara Saya Mengembangkan Kecerdasan Anak

Anak yang cerdas nggak harus selalu mencetak prestasi yang gemilang. Ibarat roda yang berputar, ada kalanya Tayo pernah mengalami kegagalan. Sebagai contoh saat dia ikut lomba robotic. Sebelum pelaksanaan lomba, Tayo rajin berlatih di rumah karena ingin berhasil dalam kompetisi. Namun ternyata harapannya belum bisa terwujud. Saat Tayo mengeluh karena nggak menang, saya katakan bahwa saya bangga melihat usahanya meskipun belum berhasil dan itu tidak masalah. Masih banyak kesempatan untuk Tayo mencoba lagi lain waktu. Untunglah kesedihan Tayo tidak bertahan lama. Beberapa menit kemudian, dia sudah hepi lagi.
Ikut lomba robotic, untuk melatih kemampuan problem solving dan melatih mental Tayo
Begitulah saya mengembangkan kemampuan problem solving Tayo. Saya dan suami sepakat untuk mulai memberikan tantangan dan kesulitan secara bertahap pada anak, namun juga tetap mendampingi, memberikan contoh, dan membimbing anak. Pun ketika anak butuh untuk mengeluh, kami akan selalu siap untuk mendengarkannya dan memberi semangat. Kami juga tumbuhkan rasa percaya diri, percaya kepada orang tua dan juga percaya kepada Tuhan. Bagi kami anak cerdas itu bukanlah anak yang harus selalu sempurna. Karena tuntutan kesempurnaan hanya akan membuatnya menjadi mudah frustasi.
Belajar bikin robot bareng papa, bisa jadi sarana membangun bonding antara ayah dan anak
Selain faktor pola asuh, faktor nutrisi juga sangat penting untuk mendukung kecerdasan anak. Saya bersyukur, sejak kecil Tayo tidak pernah mengalami masalah susah makan, sehingga tumbuh kembangnya optimal. Makanan favoritnya Tayo itu ikan nila dan ayam goreng. Tayo juga sesekali suka jajan. Untuk urusan jajan ini saya sangat selektif. Ketimbang beli jajanan yang nggak sehat, saya pilihkan cerebrofort marine gummy sebagai jajanan selingan untuk anak saya sekaligus untuk #DukungCerdasnya. Cerebrofort marine gummy adalah satu-satunya gummy yang sehat,praktis,halal dan mengandung DHA dan EPA. Semua kebaikan minyak ikan tuna ada di dalam cerebrofort marine gummy ini dan berkhasiat untuk mendukung kecerdasan anak.
Cerebrofort Marine Gummy
Tifa, adeknya Tayo juga suka banget Cerebrofort Marine Gummy
Sebagai orang tua kita memang wajib menjaga anak-anak kita. Namun bukan berarti harus selalu menjadi malaikat penolong saat anak mengalami kesulitan. Ada cerita tentang seorang anak kecil yang sedang mengamati kepompong. Dia melihat seekor kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar dari dalam kepompong. Karena merasa iba, anak tersebut berusaha membantu kupu-kupu dengan cara mendorongnya keluar dan merobek kepompongnya. Namun apa yang terjadi setelah kupu-kupu berhasil dibantu keluar? Ternyata kupu-kupu tidak bisa terbang. Secara alami, perjuangan kupu-kupu keluar dari kepompong berfungsi untuk menguatkan sayapnya agar bisa terbang. Namun fase ini gagal dilewati sang kupu-kupu karena ada anak kecil yang menolongnya keluar dari dalam kepompong.

Dalam mengasuh anak, wajar jika kita punya naluri untuk membantu anak ketika melihat mereka mengalami kesulitan. Tapi jika anak selalu dibantu dan dimudahkan, dijauhkan dari kesulitan dan kesedihan, maka anak akan tumbuh menjadi anak yang rapuh. Kemampuan problem solvingnya jadi lumpuh dan ketika terjatuh dia akan menjadi seperti anak bola kaca yang mudah hancur. Buat apa anak cerdas di bidang akademik, tapi tidak bisa menyelesaikan masalah hidup. Maka disinilah pentingnya mereka memiliki kecerdasan seperti bola karet. Manakala ia terjatuh, justru dengan kecerdasan yang dimilikinya ia akan memantul lebih tinggi, bangkit dari setiap kegagalan untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan semakin semangat untuk kembali mengukir prestasi.

You May Also Like

2 comments

  1. Kakak tayoooo, saya masih perlu belajar lebih jauh sebagai orang tua dalam mengantar anak supaya lebih tangguh mandiri, ayo semangaaat

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama..aku juga masih terus belajar dan belajar lagi kok mbak. Anak semakin besar, orang tuanya juga semakin benyak belajar. semangaaat jugak

      Delete

Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)