Selepas COVID-19 Pergi, Saya Akan Menepati Janji
by
Arifah Wulansari
- May 28, 2020
Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, dan mereka akan sangat menghormati orang-orang yang menepati janji
Saya adalah seorang ibu dari dua orang anak yang kini sedang berjuang untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 saya. Dulu sebelum ada pandemi COVID-19, setiap seminggu sekali saya rutin bolak - balik dari Jogja ke Semarang naik kereta api. Biasanya saya berangkat dari Jogja ke Semarang pada minggu sore. Selama di Semarang saya tinggal di tempat kos untuk menjalani aktivitas perkuliahan selama satu minggu. Menjelang weekend yaitu pada hari jumat maka saya akan kembali naik kereta dari Semarang menuju Jogja demi bertemu dengan suami dan anak-anak saya.
Dua anak manis yang selalu membuat saya rindu untuk segera pulang. Foto : Dok. Pribadi
|
Momen saat anak-anak ikut ke Semarang menemani saya mencari tempat kos. Foto : Dok.Pribadi |
Kini kuliah teori saya sudah selesai, saya juga sudah menjalani ujian sidang seminar proposal secara online beberapa waktu lalu dan dinyatakan lulus. Langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan penelitian untuk menyelesaikan tesis saya. Harapannya di bulan Desember 2020 nanti, saya sudah bisa menyelesaikan kuliah saya dan segera mendaftar wisuda.
Sekarang kegiatan kuliah saya memang sudah tidak sepadat kemarin, tapi saya belum bisa menepati janji saya kepada anak-anak yaitu mengajak mereka jalan-jalan ke Semarang. Saya tidak mungkin mengajak mereka pergi jalan-jalan di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang.
Ujian seminar proposal secara daring dari rumah. Foto : Dok.Pribadi |
Pandemi COVID-19 yang terjadi secara hampir merata di seluruh dunia ini memang telah membuat segalanya jadi berbeda. Bagi keluarga kami yang selama ini terbiasa memiliki aktivitas dengan mobilitas tinggi, tentu tidak mudah untuk mengubah pola hidup menjadi lebih banyak berdiam di rumah. Namun kami harus patuh dengan instruksi pemerintah untuk tetap di rumah saja, supaya penyebaran virus corona ini dapat dikendalikan. Meskipun disisi lain, ada dampak ekonomi yang menyebabkan banyak pihak jadi merugi khususnya industri di bidang jasa pariwisata yang dulunya ramai kini mendadak jadi sepi.
Sumber gambar : Tempo.co |
Namun diam di rumah itu memang lama-lama membosankan. Beberapa kali anak-anak saya bertanya, "Ma..kapan mama mau ngajak aku main ke Semarang? aku belum pernah nginep di kos nya mama, aku belum pernah lihat kampusnya mama", begitu kata anak-anak saya. Tentu saya tidak bisa mengabulkan keinginan mereka sekarang karena pandemi COVID-19 belum mereda. Namun demi memberi semangat serta menghibur hati anak-anak maka saya kemudian membuat travel whistlist tentang rencana liburan keluarga untuk menepati janji saya pada mereka. Sambil tetap berdiam diri rumah, kami menyusun recana perjalanan wisata ke Semarang yang akan kami wujudkan selepas COVID-19 pergi. Begini travel whistlist yang kami susun :
Menikmati Perjalanan Naik Kereta Api Dari Jogja Ke Semarang
Anak-anak saya belum pernah naik kereta api ke Semarang, makanya mereka penasaran banget. Biasanya kami pergi ke Semarang naik mobil pribadi. Jika pandemi COVID-19 ini sudah reda, saya akan mengajak kedua anak saya naik kereta api Joglosemarkerto yang membutuhkan waktu tempuh selama 3,5 jam untuk tiba di Semarang.
Stasiun Tawang Semarang. Foto : Dok.Pribadi |
Wisata Sejarah dan Kuliner Malam di Kota Lama Semarang
Dari stasiun Tawang, kami akan langsung menuju ke kawasan wisata Kota Lama Semarang. Kebetulan lokasi stasiun juga masih berada di dalam area Kota Lama. Nah, di tempat ini kami bisa menikmati wisata sejarah sambil berfoto dengan background berbagai bangunan kuno peninggalan zaman kolonial Belanda yang terkesan vintage. Spot foto yang paling populer di tempat ini adalah Gereja Blenduk yang merupakan salah satu gereja kristen tertua di Indonesia.
Gereja Blenduk di Kota Lama Semarang. Sumber Gambar : Wikipedia.org |
Reunian di Filosofi Kopi Kota Lama Dengan Teman Kuliah S1 |
Mencari Hotel di Semarang Untuk Menginap
Setelah puas jalan-jalan di Kota Lama dan menikmati kuliner malam disana, tentu kami butuh tempat untuk menginap. Sayangnya saya tidak bisa lagi menginap di tempat kos saya karena sejak bulan April 2020 yang lalu, saya sudah memutuskan untuk mengambil semua barang-barang saya yang ada di tempat kos dan membawanya pulang ke Jogja.
Ini semua karena ada pandemi COVID-19 yang membuat semua aktivitas kuliah dilakukan secara online. Daripada saya menyewa kos tapi tidak pernah ditempati, maka lebih baik saya berhenti menyewa kos saja. Jika sewaktu-waktu saya harus ke Semarang lagi, maka saya akan menginap di RedDoorz hotel yang memiliki banyak pilihan hotel dan saya juga bisa memilih penginapan yang lokasinya dekat dengan kampus saya. Harga sewa per malamnya juga murah dan sangat terjangkau. Ini karena RedDoorz sering memberikan diskon hotel melalui program promonya dan kita juga bisa mendapat diskon tambahan sebesar 12% jika tergabung sebagai anggota Red Club.
Hotel Semesta Semarang. Sumber gambar : RedDoorz |
Berwisata Ke Lawang Sewu Dan Klenteng Sam Poo Kong
Hari kedua saya akan mengajak anak - anak berwisata ke Lawang Sewu. Kebetulan anak pertama saya sangat tertarik dengan tempat wisata yang bernuansa sejarah. Beberapa kali kami pernah melewati gedung yang terletak di dekat bundaran tugu muda Semarang ini, tapi belum pernah masuk ke dalam area gedung. Menurut informasi, gedung lawang sewu ini dulunya adalah gedung pusat kereta api Indonesia. Disebut lawang sewu karena gedung ini memiliki banyak sekali pintu. Di tempat ini, saya dan anak-anak bisa berfoto dengan latar belakang gedung dengan arsitektur yang klasik dan megah serta menjelajahi gedung untuk belajar tentang sejarah kereta api, karena lawang sewu merupakan museum kereta api. Wah pasti seru sekali berwisata ke lawang sewu bersama anak-anak, karena anak lelaki saya sangat suka dengan kereta api.
Gedung Lawang Sewu yang menyimpan jejak sejarah dan misteri. Sumber gambar : Kompas.com |
Klenteng Sam Poo Kong. Sumber gambar : tripadvisor |
Beli oleh - oleh Bandeng Juwana Dan Chiffon Cake
Menjelang sore sebelum kembali ke tempat penginapan, rencananya kami akan membeli oleh-oleh Bandeng Juwana untuk keluarga di Jogja. Tempat membeli oleh-oleh langganan saya adalah di Toko Elrina yang terletak di Jalan Pandanaran. Di sini saya bisa membeli bandeng juwana mulai dari 1/2 kilo hingga berkilo-kilo sesuai kebutuhan. Produksi bandeng prestonya selalu fresh setiap hari dan kualitasnya juga terbaik.
Bandeng Juwana Elrina. Sumber gambar : tripadvisor |
Beli Chiffon Cake di Pelangi Resto. Sumber gambar : Tripadvisor |
Berwisata ke Candi Gedong Songo dan Ayanaz
Hari ketiga kami akan naik ke Bandungan untuk berwisata ke Candi Gedong Songo dan Ayanaz. Perjalanan dari Kota Semarang menuju tempat ini membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Jalan menuju ke lokasi juga cukup menanjak dan berkelok-kelok, makanya kita harus hati-hati saat mengemudi. Candi Gedong Songo dan Ayanaz ini masih satu komplek. Sebelumnya saya sudah pernah berkunjung ke Candi Gedong Songo dan Ayanaz bersama dengan teman-teman kuliah saya pada tahun 2019 lalu.
Jalan-jalan ke Ayanaz bersama teman kuliah. Foto : Dok. Pribadi |
Candi Gedong Songo. Sumber gambar : Kompas.com |
Mencari Hotel di Kawasan Semarang Atas
Menjelang sore hari, kami berencana untuk mencari tempat menginap di daerah Banyumanik Semarang. Sebenarnya bisa juga sih kami mencari penginapan di sekitar Bandungan yang lokasinya tak jauh dari Candi Gedong Songo. Karena di tempat ini juga terdapat banyak villa, hotel dan resort yang bagus untuk menginap.
Namun karena anak pertama punya riwayat alergi dingin dan kemungkinan dia tidak akan bisa tahan dengan hawa dingin di daerah Bandungan maka saya berencana mencari penginapan di daerah Banyumanik saja. Setelah seraching via RedDoorz saya sudah dapat nih hotel murah di semarang yang fasilitasnya bagus dan lingkungannya bersih yaitu RedDoorz Syariah Near Exit Toll Banyumanik yang beralamat di Jalan Sawunggaling Selatan No 1 Padangsari, Banyumanik. Penginapan ini terkesan hommy banget dan bernuansa jawa. Nginep disini kayaknya bakal terasa senyaman tidur di rumah sendiri.
Suasana hotelnya nyaman banget. Sumber gambar : RedDoorz |
Nyobain Perosotan Pelangi Di Dusun Semilir
Hari keempat, saya akan mengajak anak-anak saya mencoba keseruan main perosotan pelangi di Dusun Semilir. Kami mengetahui tempat wisata ini dari acara jalan-jalan yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Anak-anak saya excited banget melihat tayangan tersebut dan mereka langsung bilang ke saya, "Ma..ayuk kita kesana, main perosotan pelangi".
Perosotan Pelangi di Dusun Semilir. Sumber gambar : Tribunnews.com |
Bermain Seharian di Saloka Theme Park
Hari kelima sebelum kami sekeluarga kembali pulang ke Jogja, saya akan mengajak anak-anak bermain seharian di Saloka yaitu taman rekreasi keluarga yang menawarkan berbagai macam wahana permainan menarik. Lokasinya berada di jalur lintas provinsi Semarang - Salatiga yaitu tepatnya di Jalan Fatmawati 154, Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Semarang. Sebenarnya sudah lama anak saya ingin berkunjung ke Saloka, karena kami sering melewati taman rekreasi ini setiap kali kami pergi ke Semarang. Kalau dari Jogja, biasanya kami memang memilih jalur alernatif Kopeng - Salatiga untuk menuju Semarang demi menghindari kemacetan. Jalur ini memang lebih sepi jika dibandingkan jalur Magelang - Ambarawa.
Saloka Theme Park. Sumber gambar : gatra.com |
Berbagai wahana permaianan di Saloka. Sumber gambar : tribunnews |
Setelah anak-anak puas bermain di Saloka Theme Park maka kami sekeluarga akan langsung pulang ke Jogja dengan mengendarai mobil. Naik kereta apinya cukup saat berangkat ke Semarang saja. Perjalanan pulang ke Jogja, rasanya akan lebih nyaman ditempuh dengan menggunakan mobil sendiri karena anak-anak pasti juga sudah capek ingin istirahat. Kebetulan lokasi tempat wisata ini juga sejalur dengan arah lalu lintas menuju ke Jogja, sehingga rutenya lebih efektif.
Saya juga sudah menyusun itinerary untuk memperkirakan berapa dana yang dibutuhkan demi menepati janji saya mengajak anak-anak mengunjungi destinasi wisata yang saya tuliskan diatas. Masih ada cukup waktu bagi saya untuk menabung demi mewujudkan rencana ini.
Selepas COVID-19 Pergi, Saya Akan Menepati Janji
Itulah travel whistlist yang saya susun untuk menepati janji saya. Kedua anak saya merasa sangat senang ketika saya bacakan travel whistlist ini. Mereka sudah membayangkan betapa serunya bisa jalan-jalan mengunjungi berbagai destinasi wisata di Kota Semarang termasuk merasakan asyiknya naik kereta api joglosemarkerto. Rencana mengunjungi berbagai destinasi wisata menarik di Semarang selama lima hari ini memang layak saya hadiahkan bagi mereka. Karena selama saya menjalani masa kuliah di semarang, suami dan anak-anak adalah suport system terbesar saya.
Saya masih ingat ketika dulu saya hendak mendaftar seleksi beasiswa demi melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, saya hampir saja menyerah. Saat itu ada pihak-pihak yang berusaha menghalangi saya untuk mewujudkan mimpi saya tersebut. Sebenarnya saya bisa saja mendaftar kuliah di UGM sehingga tidak harus berjauhan dengan keluarga saya, namun pihak yang mengurus birokrasi ijin tugas belajar di instansi saya tidak mengijinkan saya mendaftar ke UGM. Saya hanya diberi kesempatan untuk mendaftar di UNDIP. Mereka berpikir bahwa pasti saya akan mundur tidak jadi ikut seleksi beasiswa jika diberi opsi sulit semacam itu, karena mereka tahu bahwa berat bagi saya jika harus berjauhan dengan suami serta anak-anak. Namun ternyata suami dan anak-anak tetap mendukung saya untuk terus maju dan mendaftar seleksi beasiswa demi melanjutkan kuliah S2. Meskipun konsekuensinya kami harus berjauhan untuk sementara waktu.
Baca : Finnaly, Its Happen To me
Iya perjuangan saya untuk bisa kuliah lagi memang tidak mudah, namun sampai dengan saat ini saya bisa melalui segala prosesnya berkat adanya dukungan penuh dari suami dan anak-anak saya. Mereka rela menjalani hari-hari yang berat tanpa saya untuk sementara waktu, agar saya bisa kuliah lagi. Toh, apa yang saya lakukan juga demi mereka.
Baca : Finnaly, Its Happen To me
Iya perjuangan saya untuk bisa kuliah lagi memang tidak mudah, namun sampai dengan saat ini saya bisa melalui segala prosesnya berkat adanya dukungan penuh dari suami dan anak-anak saya. Mereka rela menjalani hari-hari yang berat tanpa saya untuk sementara waktu, agar saya bisa kuliah lagi. Toh, apa yang saya lakukan juga demi mereka.
Kini saya sudah sampai pada titik kritis untuk membuktikan bahwa saya mampu mewujudkan mimpi saya. Di tengah pandemi COVID 19 ini saya sedang berjuang keras untuk dapat menyelesaikan tesis saya agar di bulan Desember 2020 nanti saya bisa lulus sesuai target waktu yang ditentukan. Satu tahap sudah berhasil saya lalui yaitu ujian seminar proposal. Saya masih punya waktu hingga 6 bulan kedepan untuk menyelesaikan tahap-tahap selanjutnya demi mewujudkan impian saya. Dalam sujud saya selalu berdoa, semoga di bulan Desember nanti saya bisa mendaftar wisuda dan semoga pandemi COVID-19 ini sudah mereda. Karena selepas COVID-19 pergi, saya akan menepati janji.