Melestarikan Budaya Lokal Dengan Teknologi Informasi

by - September 04, 2019



Beberapa bulan yang lalu sempat viral di sosial media, video flashmob tarian Beksan Wanara yang dibawakan secara apik oleh sekumpulan anak muda yang berpakaian kasual menggunakan kaus dan celana panjang. Tarian yang dibawakan pada saat uji coba pedestrian Malioboro pada 18 Juni 2019 tersebut telah sukses mencuri perhatian publik serta warganet.

Beksan Wanara atau Tari Kethekan (Tari Kera) merupakan Tari Klasik Kraton Yogyakarta. Para pemuda yang membawakan tarian tersebut adalah para mataya (penari) dari Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridha Mardawa Keraton Yogyakarta. Selain untuk menyemarakkan uji coba pedestrian Malioboro, flashmob tersebut dilakukan untuk menyambut event tahunan Catur Sagatra pada bulan Juli 2019 yang menampilkan pagelaran wayang wong dengan lakon subali lena.


Sebagai warga kota Yogyakarta, jujur saja saya sebelumnya belum pernah mendengar apalagi mengenal tarian beksan wanara maupun even tahunan catur sagatra. Informasi ini baru saya ketahui setelah video flashmob tersebut viral dan berkali-kali di share oleh teman - teman di facebook saya. Akhirnya saya penasaran dan tertarik untuk menonton. Jika bukan karena viral di sosial media mungkin saya tidak akan pernah mengetahui tentang kebudayaan asli dari Yogyakarta semacam ini.

Saat ini zaman memang sudah berkembang semakin maju. Perkembangan teknologi informasi telah mendorong terjadinya globalisasi di semua lini kehidupan. Budaya dari luar negeri sangat mudah masuk dan diadopsi oleh generasi muda Indonesia saat ini. Sementara budaya lokal jadi terpinggirkan karena kalah bersaing dengan budaya luar yang dianggap lebih modern. Sebagai contoh dalam hal kuliner. Anak muda masa kini akan merasa lebih bangga manakala menyantap kuliner yang berasal dari luar negeri seperti pizza, sushi, atau hamburger ketimbang kuliner lokal seperti gethuk, kipo atau klepon.

Fenomena ini terjadi karena selama ini budaya lokal dan tradisional jarang dipromosikan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Padahal seharusnya perkembangan teknologi informasi yang ada saat ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan promosi kebudayaan demi memperkuat akar budaya lokal.


Menurut data yang dirilis oleh katadata, pada tahun 2019 pengguna facebook di Indonesia mencapai 120 juta atau 44.94 % dari total populasi. Sementara untuk pengguna instagram di Indonesia mencapai 56 juta atau 20.97 % dari total populasi. Data ini menempatkan Indonesia sebagai negara ke-4 dengan pengguna facebook dan instagram terbanyak di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini sosial media telah berhasil membentuk sebuah komunitas yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat umum secara luas. Kaum milenial telah mendominasi pengguna Internet di Indonesia, terutama media jejaring sosial. Hal ini menjadi potensi kekuatan yang besar bagi upaya pelestarian budaya lokal di Indonesia. 

Untuk menarik minat para milenial agar lebih mencintai budaya lokal memang dibutuhkan kreatifitas terutama dalam hal pengemasan promosi budaya agar tampak menarik namun tetap mengedepankan unsur budaya tradisional. Hal ini penting untuk segera dilakukan karena dengan melestarikan budaya lokal maka diharapkan generasi selanjutnya tidak kehilangan jati diri. Viralnya video flashmob Beksan Wanara yang saya ceritakan diawal tulisan ini merupakan contoh sukses promosi budaya lokal dengan memanfaatkan teknologi informasi yang dikemas secara menarik dan kekinian tanpa mengurangi nilai budaya itu sendiri.

Melestarikan Budaya Lokal Dengan Teknologi Informasi

Teknologi informasi tidak terbatas pada penggunaan sosial media saja. Teknologi informasi didefinisikan sebagai berbagai fasilitas yang meliputi hardware dan software demi mendukung serta meningkatkan kualitas informasi bagi masyarakat secara cepat dan berkualitas. Wujud dari teknologi informasi ini bisa bermacam-macam yaitu televisi, radio, komputer, telephone, smartphone, internet dan lain sebagainya.
Sumber ilustrasi : glossaryweb.com
Sebagai warga Jogja, saya juga ingin turut berperan serta dalam upaya melestarikan budaya lokal asli Jogja dengan mengenalkannya kepada anak-anak saya khususnya. Namun sebagai orang tua saya akui bahwa saya juga memiliki banyak sekali keterbatasan terkait ilmu dan pemahaman tentang budaya Jogja. Padahal Jogja sebagai city of philosopy memiliki begitu banyak makna tersembunyi dari berbagai warisan budaya yang ada di Yogyakarta yang penting untuk dikenalkan pada generasi selanjutnya.

Berbicara soal filosofi, sejak tahun 2017 kota Yogyakarta dengan sumbu filosofinya telah masuk dalam daftar sementara (tentative list) warisan budaya dunia UNESCO. Yang dimaksud dengan sumbu filosofi adalah garis lurus yang membentang dari Tugu Pal Putih Jogja menuju kraton Ngayogyakarta Hadiningrat hingga panggung krapyak yang menggambarkan perjalanan hidup manusia dari sejak lahir hingga meninggal. Garis ini jika ditarik lurus ke utara akan menunjuk ke arah gunung merapi dan jika ditarik lurus ke selatan akan menunjuk ke laut selatan. Karya dari Sultan Hamengkubuwono I ini memadukan nilai filosofi kehidupan, pembangunan ekonomi serta strategi keamanan.

sumber gambar : dejogjaku.blogspot.com
Untuk semakin memasyarakatkan sumbu filosofi ini, Dinas Kominfo DIY kini mengembangkan Smart Area Sumbu Filosofi dalam program Jogja Smart Province (JSP) yang meliputi 5 area yaitu smart culture, smart governance, smart living, smart environment dan smart society. Di berbagai titik sepanjang kawasan sumbu filosofi juga telah dipasang fasilitas Wi-Fi gratis sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi melalui internet.
Jogja Istimewa Apps. Sumber Gambar : diskominfo.jogjaprov.go.id
Dengan adanya teknologi informasi seperti internet, masalah keterbatasan ilmu pengetahuan tentang budaya yang saya alami kini dapat teratasi. Apalagi dengan adanya inovasi di bidang teknologi informasi yang bertujuan untuk memperkuat akar budaya lokal yang telah dilakukan oleh Dinas Kominfo Provinsi DIY yaitu peluncuran Aplikasi Jogja Istimewa. Dengan menggunakan aplikasi tersebut, kini semakin mudah bagi saya untuk mengenalkan kebudayaan Jogja kepada anak-anak saya tanpa harus repot mencari informasi di google.

Tentang Aplikasi Jogja Istimewa

Aplikasi Jogja Istimewa ini dapat diunduh oleh para pengguna smartphone melalui playstore. Sejak diluncurkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi DIY pada tahun 2015 hingga kini aplikasi ini sudah diunduh oleh lebih dari 50.000 pengguna.


Update dan penyempurnaan aplikasi terus dilakukan oleh Dinas Kominfo Provinsi DIY sehingga aplikasi Jogja istimewa kini semakin banyak memiliki fitur yang bermanfaat bagi masyarakat. Terdapat 12 fitur di dalam aplikasi Jogja Istimewa yaitu Jogja Budaya, Jogja Wisata, Jogja Layanan Publik, Jogja Belajar, Jogja Kuliner, Jogja Info, Jogja Transportasi, Jogja Event, Jogja Galeri, Jogja 360, Jogja Doeloe AR, dan Jogja Streaming.

Memperkuat Akar Budaya Lokal Dengan Memanfaatkan Fitur Jogja Budaya

Dalam rangka melestarikan dan memperkenalkan budaya Jogja khususnya kepada anak - anak saya maka saya dapat memanfaatkan Fitur Jogja Budaya yang ada di dalam aplikasi Jogja Istimewa. Menurut saya informasi yang ada di dalam Fitur Jogja Budaya ini sangat lengkap. Informasi tentang budaya Jogja dikelompokkan menjadi 3 yaitu Yogyakarta Masa Lampau, Geo Heritage Yogyakarta dan Yogyakarta Masa Kini. Masing - masing kelompok tersebut menyajikan informasi tentang kebudayaan Jogja yang dikemas secara menarik dilengkapi dengan foto-foto serta deskripsi yang singkat, padat dan mudah dipahami oleh masyarakat.


Sebagai contoh pada menu Yogyakarta Masa Lampau, di dalamnya saya bisa mendapatkan informasi tentang benda-benda cagar budaya Ngayogyokarto Hadiningrat, Jejak revolusi perjuangan, Jejak akulturasi budaya, Sejarah mataram Islam, Sejarah Mataram Kuno serta bangunan cagar budaya peninggalan kolonialisme yang ada di Jogjakarta. Dengan bantuan aplikasi ini saya bisa menceritakan tentang sejarah jogja masa lalu kepada anak-anak saya, sekaligus saya sendiri juga ikut belajar dan jadi semakin paham tentang sejarah kota Jogja. Di dalam aplikasi juga dilengkapi dengan alamat situs sejarah sehingga jika anak-anak saya penasaran ingin melihat langsung apa yang saya ceritakan maka kami akan bisa menemukan lokasinya dengan mudah.

Jika sudah selesai membaca berbagai informasi budaya tentang Yogyakarta Masa Lampau, kita bisa melanjutkan ke menu Geo Heritage Yogyakarta. Geoheritage merupakan warisan geologi yang terbentuk secara alami dan memiliki nilai sangat tinggi dan luar biasa karena merepresentasikan rangkaian rekaman proses geologi yang saling berhubungan dan merupakan bagian penting dari sejarah dinamika bumi. Contoh geoheritage yang ada di Jogjakarta adalah endapan abu vulkanik purba candi ijo (tebing breksi), Goa kiskenda kulonprogo, Lava bantal berbah, Candi Mantup, Monumen Batu Gamping Eosen, Gunung api purba nglanggeran, Kawasan bekas penambangan kokap, Candi papringan dan Kawasan pantai wediombo gunungkidul.


Selanjutnya jika ingin mengetahui budaya Yogyakarta Masa Kini, kita bisa mendapatkan berbagai macam informasi tentang kesenian, upacara adat, kuliner, desa budaya, cerita rakyat, kerajinan, naskah kuno hingga kuliner asli Jogja semuanya lengkap ada di dalam menu Yogyakarta Masa Kini. Dari sekian banyak pilihan menu di dalam Yogyakarta Masa kini, menurut saya cerita rakyat yang paling menarik. Saya menghitung ada 75 cerita rakyat, namun belum semuanya memiliki deskripsi yang lengkap. Mungkin saat ini masih sedang dalam proses pengumpulan informasi. Harapan saya jika nanti semua deskripsinya sudah lengkap maka saya bisa membuat jadwal mendongeng cerita rakyat untuk anak saya selama sebulan lebih. Dari cerita tersebut bisa diambil nilai-nilai budaya yang relevan untuk diadopsi sehingga semakin memperkuat jati diri anak -anak saya sebagai warga kota jogja sekaligus warga negara Indonesia.

Menurut saya aplikasi Jogja Istimewa ini  memang sungguh sangat istimewa. Penyampaian informasi budaya lokal Jogja telah dikemas secara apik di dalam aplikasi ini, sehingga anak saya juga tertarik untuk membaca dan mempelajarinya. Saat ini kebanyakan orang memang tidak bisa lepas dari gadget dan aplikasi sehingga penyampaian informasi budaya jogja melalui aplikasi semacam ini sangat efektif untuk melestarikan budaya lokal khususnya bagi generasi milenial. Aplikasi Jogja istimewa ini juga bisa dihubungkan dengan akun facebook kita, namun sayangnya pada fitur jogja budaya belum disediakan fasilitas share via facebook. Padahal jika informasi budaya ini bisa dishare via facebook seperti pada fitur wisata maka jangkauan promosinya akan semakin luas.

Akhir kata semoga semakin banyak warga masyarakat yang mengunduh aplikasi Jogja Istimewa ini sehingga kita semua bisa ikut memanfaatkan kemajuan di bidang teknologi informasi untuk memperkuat budaya lokal. Minimal untuk meningkatkan pemahaman tentang budaya lokal bagi diri sendiri dan keluarga masing - masing. Karena jika bukan kita yang menjaga dan melestarikan warisan budaya Jogja yang istimewa ini, lalu siapa lagi yang akan melakukannya?

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Pagelaran TIK yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY 2019"

You May Also Like

0 comments

Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)