Menikmati Pagi di Pantai Sundak
by
Arifah Wulansari
- August 21, 2014
Pagi itu mendung tipis tampak menggantung di awan. Udara pagi terasa dingin menembus kulit. Namun semua itu tak juga menyurutkan niat kami untuk terus memacu kendaraan menuju ke Pantai Sundak yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam, tibalah kami di Pantai Sundak sekitar jam 7 pagi. Segarnya udara pantai pagi itu hangat menerpa menyambut kedatangan kami. Matahari yang tadinya masih malu-malu bersembunyi di balik awan, kini tampak cerah menyapa.
pantainya masih sepi, foto-foto dulu yuk |
suasana pantai sundak nan eksotis |
Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki topografi berbukit-bukit dan kaya akan wisata pantai yang indah. Pantai Sundak adalah salah satu dari sekian banyak wisata pantai yang ditawarkan. Merupakan pantai dengan pasir putih kecoklatan dengan butiran-butirannya yang halus dan lembut, lengkap dengan tebing-tebing batu karang yang berdiri kokoh menambah keindahan pemandangan pantai. Di atas tebing tumbuh pepohonan dengan warna kehijauannya yang menyejukkan mata. Deburan ombak yang pecah di tepian pantai, hamparan laut dengan desir angin yang sejuk telah memberikan sensasi relaksasi penghilang stress dari segala kepenatan. Pagi itu Pantai Sundak masih tampak sepi pengunjung sehingga kami bisa lebih bebas memuaskan diri jalan-jalan di tepi pantai sambil bermain air dan pasir sesuka hati.
Asyiknya bermain di pasir pantai |
Farah, Fahri dan Tayo tampak gembira berlarian di hamparan pasir pantai yang lembut. Ombak masih tampak cukup tinggi sehingga saya tidak mengijinkan mereka untuk mandi di pantai. Sambil menunggu gelombang surut, saya mengajak mereka berjalan-jalan di sepanjang tepi pantai sambil menghirup ion negatif yang terpancar dari udara pantai di pagi hari. Konon menurut artikel yang pernah saya baca, ion negatif ini bisa memberikan efek yang menyehatkan bagi tubuh serta melonggarkan saluran pernafasan.
Tak terasa matahari bersinar makin terik, kamipun mulai berkeringat dan perut juga sudah keroncongan karena lapar. Warung makan di sekitar pantai belum ada yang buka lapak, untunglah selepas subuh tadi saya sempat menyiapkan bekal untuk sarapan. Tak lupa pula saya membawa bekal minuman Liang Teh Cap Panda yang berfungsi sebagai penghilang dahaga dan pencegah panas dalam bagi seluruh anggota keluarga.
Nikmatnya sarapan pagi di tepi pantai |
Saya segera memanggil anak-anak untuk rehat sebentar dan sarapan pagi bersama. Nasi hangat ditemani telur mata sapi, tempe goreng dan tumis kacang panjang menjadi menu sarapan kami pagi itu. Adi adik saya tampak mesra bersuapan dengan Dyah sang istri tercinta. Hmm..maklumlah pengantin baru, sedang mesra-mesranya. Suasana pagi yang indah di Pantai Sundak ini tentunya semakin menambah keromantisan di antara mereka berdua.
Usai sarapan pagi anak-anak kembali melanjutkan aktivitas bermain mereka. Tayo dan Fahri kembali sibuk mengisi ember plastik dengan pasir pantai yang lembut. Kegiatan ini tentunya jadi semakin meningkatkan kemampuan motorik halus dua bocah balita imut tersebut. Sementara Farah keponakan saya tampak bersemangat mengumpulkan kerang yang banyak terserak di tepi pantai, rencananya kerang itu akan digunakan sebagai pengganti biji dakonnya yang sudah pada kocar-kacir entah hilang kemana. Kreatif juga idenya.
anak-anak bermain pasir |
mengumpulkan kerang pantai |
Saya dan suami memilih duduk bersantai di gasebo yang berada di pinggir pantai sambil menemani ibu menyelesaikan sarapan paginya. Saat sedang bersantai sambil ngobrol bersama suami dan ibu, tiba-tiba saya mendengar teriakan Farah yang menjerit-jerit minta tolong. Ternyata mas Aji kakak ipar saya yang juga merupakan ayahnya Farah mulai tidak tahan untuk berbasah-basahan mandi di pantai. Curangnya ia tak mau basah seorang diri, hingga kemudian dipaksanya Farah untuk ikut menceburkan diri ke pantai bersamanya. Mbak Lia kakak saya hanya bisa tertawa geli melihat tingkah usil sang suami pada anak perempuannya itu. Tak hanya Farah yang jadi korban keusilan mas Aji, Tayo dan Fahri pun juga jadi sasaran berikutnya untuk diceburkan ke pantai hingga dua balita ini akhirnya ikut basah juga.
akhirnya basah juga |
Menjelang jam 10 pagi suasana Pantai Sundak tampak semakin ramai saja, para pengunjung banyak juga yang memilih untuk bermain air sambil mandi di pantai. Memang rasanya sangat seru dan menyenangkan. Namun makin lama debur ombak Pantai Sundak tampak semakin besar. Pemandangan ini cukup membuat ngeri juga hingga akhirnya banyak pengunjung yang memutuskan untuk kembali menepi demi keselamatan.
banyak pengunjung mandi di pantai |
Ombaknya makin besar |
Saya sendiri kemudian memilih untuk mengajak anak-anak membersihkan diri. Rasanya sudah cukup lama juga mereka bermain air dan pasir. Usai mandi dan membersihkan diri mereka mengeluh haus. Untung ada Liang Teh Cap Panda sehingga kami semua terbebas dari masalah dehidrasi dan keseimbangan cairan tubuh selama bermain di pantai tetap terjaga.
Sebelum pulang atas usul dari Ian adik bungsu saya, kami menyempatkan diri untuk naik ke atas tebing karang. Dari sini kami bisa menikmati keindahan Pantai Sundak dari sudut pandang yang berbeda. Subhanallah..indah sekali Pantai Sundak ini jika dipandang dari atas tebing, keindahan pantainya tak kalah dengan pantai-pantai yang berada di luar negeri. Lautan tampak biru menghampar, pasir pantai terlihat putih berkilauan diterpa sinar mentari. Pagi itu saya merasakan suasana pagi yang begitu indah di Pantai Sundak. Pancaran bahagia tampak jelas tergambar di wajah-wajah seluruh anggota keluarga terutama Ibu. Melihat semua anak dan cucu bisa berkumpul secara lengkap pada libur lebaran tahun ini tentunya menjadi momen yang sangat membahagiakan bagi ibu. Sejak perpisahan ibu dan bapak 7 tahun lalu, kami sebagai anak-anaknya memang sempat ikut tercerai berai. Pilihan bapak untuk menikah dengan wanita lain telah meninggalkan luka dan kesedihan yang mendalam di hati kami masing-masing. Hati kami sempat dikuasai kemarahan dan kekecewaan, bahkan saya sendiri pernah berada dalam suatu titik kritis dimana saya hampir saja kehilangan pegangan. Bersyukur Tuhan masih menyayangi kami semua, perlahan tapi pasti waktu mengurai segalanya, menyembuhkan luka.
indahnya memandang ombak yang berkejaran |
tebing karang berdiri kokoh di tengah lautan |
Ujian dan cobaan telah datang silih berganti dalam kehidupan, namun kami memilih untuk tetap bertahan. Hidup telah mengajarkan kami untuk tumbuh jadi pribadi yang semakin tegar dan kokoh dalam menghadapi apapun. Setegar batu karang yang mampu menahan hempasan ombak di lautan. Keluarga adalah segalanya, meski bapak dan ibu telah berpisah itu bukan akhir segalanya. Kami tetap bisa jadi satu keluarga walau saat ini kondisinya sudah tak sama lagi seperti dulu. Itulah sebabnya saat-saat bisa berkumpul bersama seperti ini menjadi momen yang sangat berharga bagi kami semua. Momen yang selalu kami rindukan dan takkan bisa tergantikan oleh apapun.
Kebahagiaan ibu merupakan kebahagiaan kami |
Menjelang siang suasana pantai terasa semakin panas dan terik. Kami memutuskan untuk turun dan bersiap pulang ke rumah. Kerongkongan juga kembali terasa kering kerontang, namun tidak dengan hati kami. Indahnya pemandangan pantai dan hangatnya kebersamaan keluarga ini terasa begitu menyejukkan hati, menghapuskan kesedihan dan kemarahan yang pernah menyesakkan dada. Efeknya mungkin hampir sama dengan Liang Teh Cap Panda yang mampu menghilangkan dahaga dan derita panas dalam, sungguh sangat menyegarkan.
Keluarga adalah segalanya |
Ahh..indahnya menikmati pagi di Pantai Sundak. Momen jalan-jalan bersama keluarga ini tentunya akan jadi memori yang indah bagi kami semua.