Pernikahan Impian

by - September 20, 2013

Menikah sudah jadi keinginan saya sejak masih kuliah, tapi sayangnya saya harus melewati jalan yang cukup berliku-liku untuk bisa mewujudkan keinginan saya itu. Jadi ceritanya saya ini sebenarnya adalah anak yang berasal dari keluarga broken home. Makanya sejak dulu saya sebenarnya sudah sangat rindu untuk bisa memiliki keluarga kecil yang hangat dan bisa selalu mendukung saya. Dulu saya pernah punya pacar, hampir 7 tahun lamanya saya pacaran dan berharap bisa segera dilamar. Tapi nyatanya sampai saya lulus kuliah dan bekerja, pacar saya itu tak kunjung melamar saya. Selalu ada saja alasannya untuk menunda - nunda menikah. Sampai akhirnya saya capek menunggu dan memutuskan untuk meninggalkan pacar saya itu.

Awalnya terasa sangat sedih dan berat, bayangkan saja waktu itu umur saya sudah 25 tahun. Teman-teman kerja saya satu per satu juga sudah mulai menikah..Lha saya yang pengen banget menikah kok malah putus pacar. Lha terus mau menikah sama siapa saya ini? hiks..kalau ingat waktu itu saya sampai pernah berpikir jangan-jangan saya bakal jadi perawan tua ya....

Suatu malam saat saya sedang berada di rumah sendiri, tiba-tiba saya merasakan kesepian dan kesendirian yang sangat luar biasa hingga membuat saya menangis. Saya benar-benar merasa sendiri, merasa tidak ada orangtua yang perduli dengan diri saya, tidak ada sahabat dan keluarga, tidak ada siapa-siapa. rasanya benar-benar sebatang kara. Di tengah perasaan seperti itu saya segera mengambil air wudhu lalu sholat dan mengadu kepada Allah. Saat itu saya mengadu sambil menangis seolah-olah saya benar-benar sedang berhadapan langsung dengan Allah. Saya sampaikan kesedihan saya, rasa sepi yang yang saya alami dan mimpi saya untuk bisa punya keluarga kecil yang bahagia. Saya ingat sekali doa saya waktu saya minta kepada Allah agar dimudahkan jalan saya untuk bertemu Jodoh, dan tentang siapa jodoh saya, benar-benar saya pasrahkan sepenuhnya agar Allah saja yang memilihkan Jodoh terbaik untuk diri saya.

Beberapa bulan kemudian melalui sebuah cara yang agak sulit untuk bisa dijelaskan saya bertemu dengan dia, seseorang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya, bukan teman sekolah, bukan teman kuliah, bukan teman sekantor dan juga bukan tetangga saya. Tiba-tiba saja saya bisa bertemu dengan dia, kenalan, lalu berteman  dan 7 bulan kemudian kami menikah tanpa melalui proses pacaran. Mungkin memang benar yang namanya jodoh itu misteri Illahi.

Kami berdua menikah tepatnya pada tanggal 25 Oktober 2008. Bahagia sekali rasanya saat itu karena akhirnya mimpi saya terwujud. Saya merasa beruntung Allah telah menjodohkan saya dengan dia. Dia adalah seorang suami yang baik, penyayang, santun, lucu, lembut pada istri dan pintar memasak. Untuk urusan pintar masak ini saya juga tidak pernah menduga sebelumnya. Jujur saja saya adalah wanita yang tidak begitu pintar memasak. Ibaratnya saya masak mie instan saja rasanya nggak enak, apalagi masak yang harus meracik bumbu sendiri. Bisa dibayangkan betapa kacau rasa makanan hasil masakan saya. Nah..untungnya suami saya ini sangat pintar memasak, saya sampai sering malu dibuatnya. Mungkin sebenarnya dalam diri suami saya dia punya bakat jadi cheff tapi dulu saat kuliah suami saya salah jurusan malah mengambil jurusan IT bukan jurusan masak...hihihi..Dan kondisi ini ternyata malah banyak menguntungkan diri saya.

Pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan adalah pengalaman pasca melahirkan. Waktu itu saya sempat terkena gejala stres pasca melahirkan, bayi saya rewel karena ASI saya juga tak kunjung bisa keluar dengan lancar. Setiap malam saya dan suami tidak pernah bisa tidur nyenyak karena bayi kami selalu rewel dan memaksa kami orangtuanya untuk begadang. Kami hanya tinggal bertiga, tidak ada orang tua dan tidak ada pembantu. Waktu itu saya sendiri juga masih menjalani cuti bersalin sehingga paginya saya masih bisa tidur, namun tidak begitu dengan suami saya. Pagi hari dia tetap harus pergi bekerja, walaupun semalam suntuk kami tidak sempat tidur. Tapi hebatnya suami saya ini setiap pagi sebelum berangkat ke kantor, dia selalu bangun pagi-pagi sebelum saya dan dia pergi ke pasar sendiri untuk belanja lalu memasak makanan  untuk saya. Suami saya tidak pernah mengeluh justru dia selalu berpesan supaya saya  banyak makan sayuran hijau dan kacang-kacangan supaya ASI saya bisa segera keluar dengan lancar. Dia juga menyuruh saya untuk banyak istirahat, suami saya rela melakukan semua itu demi saya dan bayi kami. What a Wonderful Father....

Sejak bayi kami lahir, saya dan suami jadi semakin banyak belajar. Dia adalah partner yang sangat kompak, apalagi kami juga sudah memutuskan bahwa kami akan membesarkan bayi kami berdua saja , tidak pakai jasa baby sitter. Saya sendiri juga harus bekerja, bisa dibayangkan bagaimana repotnya mengurus bayi sementara kami bedua sama-sama bekerja. Tapi ternyata Allah kembali memberi pertolongan kepada kami. Tanpa saya duga, tak lama setelah masa cuti bersalin saya habis saya mendapat tugas untuk pindah kerja ke puskesmas (tadinya saya kerja di Dinas Kesehatan). Dan setelah kerja di puskesmas ini saya dapat fasilitas bisa menempati rumah dinas yang jaraknya hanya sekitar 3 km dari puskesmas tempat saya bekerja. Jika ditempuh dengan sepeda motor hanya butuh waktu tidak lebih dari 5 menit saja.  Hal ini tentu saja semakin memudahkan saya untuk bisa tetap kerja sambil mengurus sendiri bayi saya, walaupun suami saya jadi harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk bisa sampai ke kantornya jika dibandingkan saat kami tinggal di rumah kontrakan kami sebelumnya. Tapi suami saya rela yang penting saya bisa tetap dekat dengan bayi saya saat saya harus kembali bekerja.

Dalam menjalani masa-masa awal pernikahan terlebih lagi setelah dikarunia anak dan kami berdua sama-sama bekerja tentunya kami juga sering dihadapkan pada masalah-masalah. Apalagi saya dan suami juga punya karakter yang agak berbeda. Saya adalah orang yang cenderung perfeksionis namun gampang panik, sedangkan suami saya karakternya lebih santai dan slow down. Beberapa kali memang rumahtangga kami juga diwarnai dengan pertengkaran-pertengkaran kecil namun hal itu justru menjadi sarana bagi kami berdua untuk belajar lebih saling memahami satu sama lain dan mengasah kedewasaan kami dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Kini sudah hampir 5 tahun kami menikah, tanggal 25 Oktober 2013 nanti insyaAllah kami juga akan merayakan usia 5 tahun pernikahan kami. Usia yang yang masih sangat muda memang, namun selama 5 tahun kami bertiga tumbuh bersama, kini kami telah menjadi tim yang sangat kompak. Anak saya tumbuh menjadi anak yang cerdas, sayang dan hormat pada orangtua dan dia juga tergolong anak yang "mudah". Walaupun umurnya masih belum genap 4 tahun, tapi dia sudah bisa memahami bahwa di rumah kami tidak ada pembantu, dan kami semua harus bisa kompak saling bantu membantu satu sama lain. Alhamdulillah menjelang ulang tahun ke 5 pernikahan kami ini, sekarang kami juga sudah  berhasil menyelesaikan pembangunan rumah kami yang walaupun kecil dan sederhana namun merupakan hasil dari jerih payah kami berdua dan banyak cinta yang tertanam di dalamnya.

Intinya saat ini saya merasa bersyukur telah memiliki keluarga kecil seperti yang saya impikan dulu. Mereka adalah harta yang paling berharga bagi saya. Saya sendiri berjanji akan selalu menjaga dan menyayangi anugerah terindah yang telah diberikan Allah kepada saya yaitu suami dan anak saya tercinta. Saya dulu pernah mengalami betapa tidak enaknya hidup dalam keluarga broken home, kini saya sangat tidak menginginkan hal itu terjadi pada keluarga saya saat ini.

Saya pernah membaca sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa Pernikahan itu seperti benteng. Orang yang berada di luar berebut ingin masuk namun yang sudah berada di dalam berebut ingin keluar. Pada kenyataan memang dalam menjalani pernikahan seringkali kita mungkin merasa jenuh dan berharap bisa sekali-kali keluar dari dalam benteng tersebut, namun nyatanya saya sendiri merasakan bahwa sungguh rasanya jauh lebih bahagia manakala saya tetap bertahan berada di dalamnya dan menjadi benteng yang kuat bagi anak dan suami saya apapun kondisinya.

You May Also Like

0 comments

Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)