Ketika Anakku Divonis Asma

by - November 30, 2016


Asma Pada Anak. Dulu banget, waktu Tayo masih umur 2 tahun dia pernah sakit batuk pilek yang agak lama dan sering hilang kambuh. Waktu saya periksakan ke DSA, dokter mengatakan bahwa ada gejala asma pada anak saya karena saat diperiksa dengan stetoskop ada bunyi ngik di dadanya. Saat itu saya masih berpikir bahwa bisa saja diagnosa dokter salah sebab di keluarga saya nggak ada yang punya sakit asma.

Meski begitu saya tetap mengikuti saran dokter untuk mulai jeli mengamati kira-kira apa yang bisa memicu munculnya batuk pilek pada Tayo. Karena kemungkinan sakitnya itu juga dipicu oleh faktor alergi. Kata dokter mumpung masih gejala asma, sebaiknya dicegah supaya nggak berkembang jadi asma beneran yaitu dengan cara menjauhkan paparan zat yang bisa memicu reaksi alergi. Tayo juga disarankan untuk menjalani tes alergi tapi karena masih umur 2 tahun saya jadi nggak tega kalau dia harus ditusuk-tusuk pakai jarum. Nanti sajalah kalau Tayo sudah agak besar.

Baca : Tips Kelola Kesehatan Keluarga Dengan Riwayat Alergi

Akhirnya saya hanya bisa mencoba menduga-duga zat apa saja yang bisa memicu alergi sehingga batuk pileknya Tayo kambuh. Yang jadi tersangka utama adalah debu, susu, telur dan daging ayam. Namun meskipun saya sudah berusaha menghindari para tersangka tersebut, nyatanya batuk pilek Tayo tetap saja masih sering hilang kambuh bahkan saat Tayo mulai berumur 4 tahun alerginya berkembang jadi sering muncul ruam merah pada kulitnya. 

Lalu saya bawa Tayo untuk periksa ke dokter dermatologi anak. Lagi-lagi dokter bilang bahwa gangguan kulit yang diderita Tayo ini dipicu oleh faktor alergi. Diagnosanya Tayo menderita dermatitis atopik. Jika ini tidak ditangani dengan baik dan Tayo sering terpapar oleh zat alergen maka besar kemungkinan akan berkembang jadi asma. Lagi-lagi saya diperingatkan dengan resiko Tayo untuk terkena asma. Dokter menyarankan kepada saya untuk segera melakukan tes alergi pada Tayo supaya alergennya jelas dan tidak hanya menduga-duga. Saya juga nggak boleh melarang Tayo minum susu, makan telur dan daging ayam karena belum tentu bahan makanan itu yang bikin Tayo alergi. Justru malah kasihan kalau saya melarang bisa-bisa Tayo malah kurang gizi. Sehingga saya disarankan untuk segera melakukan tes alergi pada Tayo supaya jelas alergennya apa dan bisa dihindari. Namun saya masih belum tega membawa Tayo untuk tes alergi. Dokter menjelaskan bahwa ada 2 metode tes alergi yaitu skin pick test dan IG rash. Keduanya menggunakan jarum yang tentu akan terasa menyakitkan bagi Tayo yang masih kecil. 

Akhirnya, lagi-lagi saya tidak mengikuti saran dokter untuk melakukan tes alergi. Saya memilih untuk mencoba lebih jeli lagi dan lebih teliti dalam mencari zat yang bisa bikin alerginya Tayo kambuh. Dan itu bikin frustasi. Kenapa frustasi? Karena batuk, pilek dan ruam merah di kulit Tayo tetap saja hilang timbul padahal rumah sudah saya jaga kebersihannya dan meminimalisir debu. Untuk mencuci baju Tayo juga saya gunakan detergen khusus bayi karena ada dugaan kulitnya merah karena alergi detergen. Tapi tetap saja Tayo masih sering terserang batuk pilek tanpa alasan yang jelas.

Hingga suatu hari saat sedang bermain di rumah, Tayo mendadak pilek berat dan bersin-bersin hingga kesulitan bernafas lewat hidung. Saya segera membawa Tayo periksa ke RS. Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa Tayo menderita asma. Ini sudah bukan gejala lagi tapi memang sudah asma. Dokter bilang Tayo harus di nebulizer supaya sesak nafasnya berkurang. Awalnya Tayo sempat menolak untuk di nebulizer karena Tayo merasa tidak nyaman dengan suara compresornya yang berisik, namun setelah saya beri pengertian dan saya temani akhirnya Tayo menurut juga. Prosesnya memakan waktu sekitar 15 menit. Usai di nebulizer nafas Tayo memang jadi lebih lega. 

Saat saya kembali konsultasi dengan dokter, saya bertanya tentang hal-hal apa yang harus saya lakukan jika anak saya sudah divonis asma seperti ini. Bagaimana cara mencegah supaya asmanya tidak kambuh lagi dan bagaimana caranya supaya Tayo bisa sembuh dari asma? Kata dokter kalau sudah positif asma kemungkinan sembuhnya kecil. Biasanya hanya 50 persen anak yang asmanya bisa sembuh saat dewasa nanti. Yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya asma tidak kambuh dan tidak sampai terjadi serangan asma. Kebanyakan serangan asma pada anak terjadi karena dipicu oleh alergi sehingga hukumnya wajib bagi Tayo untuk segera menjalani tes alergi. Kali ini tidak boleh ditunda lagi. Selain itu dokter juga menyarankan pada saya kalau bisa sedia nebulizer sendiri di rumah untuk pertolongan saat asma kambuh.

Saat divonis asma umur Tayo sudah 6 tahun. Kali ini saya setuju untuk segera melakukan tes alergi pada Tayo dengan pertimbangan dia sudah tidak terlalu takut pada jarum suntik seperti saat masih balita. Kemudian saya memilih untuk tes alergi menggunakan metode Ig rash. Ini berbeda dengan metode skin pick test yang harus ditusuk berkali-kali di permukaan kulit. Metode Ig rash cukup dilakukan dengan mengambil sampel darah sebanyak 2 tabung. 

Baca : Agar Anak Tak Takut Disuntik

Selanjutnya pada sample darah tersebut akan dilakukan uji reaksi terhadap berbagai paparan alergen. Laboratorium yang saya datangi menawarkan 2 macam paket pemeriksaan alergi metode Ig rash yaitu paket atopi dan paket makanan asia. Paket atopi menawarkan berbagai macam jenis alergen berasal dari hirupan serta beberapa kelompok alergen dari makanan seperti susu,telur, udang namun makanannya tidak selengkap paket makanan asia. Berhubung harga masing-masing paket cukup mahal dan nggak bisa dicover dengan BPJS akhirnya saya pilih salah satu saja yaitu paket Ig rash atopi karena kecurigaan saya pemicu alergi Tayo lebih condong ke arah faktor hirupan bukan makanan. Untuk harga paket tes alergi metode Ig rash atopi ini saya harus membayar sebesar Rp.1.580.000,-

Setelah menjalani tes alergi akhirnya hasil tes keluar 2 hari kemudian. Benar juga dugaan saya bahwa faktor hirupan merupakan pencetus utama terjadinya alegi pada Tayo. Dan tersangka utamanya kini sudah jelas yaitu tungau debu. 

Hasil Tes Alergi Tayo
Ini sih jadi pe-er berat buat saya karena tungau debu itukan nggak kelihatan dan bisa muncul dimana saja. Beda kalau alergennya itu berasal dari makanan, tinggal nggak usah dimakan saja maka alergi nggak akan kambuh. Tapi kalau tungau debu tentu cara menghindari lebih sulit. Rumah sudah bersih cling aja tetep bisa kecolongan sama si tungau debu ini. Sehingga mau nggak mau saya memang harus sedia nebulizer sendiri di rumah. Untuk jaga-jaga kalau tiba-tiba Tayo kambuh lagi asmanya.

Nebulizer Omron NE-C803
Langkah selanjutnya setelah melakukan tes alergi, saya memang segera membeli nebulizer. Ini adalah alat bantu untuk memperlancar jalan nafas bagi penderita asma. Nebulizer merupakan alat untuk mengubah obat cair menjadi tetesan aerosol sehingga bisa dengan mudah terhirup melalui corong atau masker. Penggunaan nebulizer ini cocok untuk anak-anak penderita asma atau bronkitis atau penyakit pernapasan lainnya dan juga orang dewasa dengan penyakit paru obstruktif kronik. Saya membeli nebulizer merk omron tipe terbaru yaitu NE-C803. Kenapa saya pilih nebulizer tipe ini? Tentu banyak pertimbangannya yaitu :

  1. Omron adalah merk alat kesehatan dari jepang yang sudah sangat familiar dan berkualitas tinggi
  2. Suara pengoperasiannya juga hening nggak berisik seperti kompresor kebanyakan
  3. Bentuknya ringan dan kecil sehingga efisien untuk digunakan kapanpun dan dimanapun
Cara penggunaan produk nebulizer NE-C803 ini juga sangat mudah dan nggak ribet. Berikut video step by step cara penggunaannya:


Gampang bangetkan? makanya saya suka banget sama produk ini karena pemberian obat jadi lebih efektif. Dengan memiliki nebulizer sendiri di rumah saya jadi merasa lebih tenang terutama saat asma Tayo tiba-tiba kambuh. Untuk obat yang digunakan saya menggunakan ventolin yang diresepkan oleh dokter. Meski sudah punya nebulizer sendiri, namun untuk urusan obat tetep ya dosisnya sesuai petunjuk dokter.

Nebulizer ini nyaman digunakan untuk anak dan sama sekali nggak berisik

Bicara soal asma pada anak sebenarnya memang ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan timbulnya asma atau membuat asma pada anak jadi makin parah, yaitu: 

  • Lahir dalam kondisi berat badan di bawah normal
  • Lahir prematur
  • Paparan asap rokok, termasuk saat masih dalam kandungan dan setelah dilahirkan
  • Terdapat riwayat anggota keluarga yang mengidap asma, eksim, gatal-gatal, atau rhinitis
  • Infeksi saluran pernapasan yang terjadi berulang-ulang dan bersifat parah seperti pneumonia
  • Riwayat alergi yang pernah dialami seperti pada kulit atau eksim, dan alergi makanan
  • Paparan polusi udara atau asap rokok saat masih di dalam kandungan dan setelah lahir
  • Anak laki-laki lebih berisiko mengidap asma daripada anak perempuan

Kalau saya cocokkan faktor resiko ini dengan kondisi yang ada pada Tayo sebenarnya hanya ada 3 faktor yang cocok yaitu ada riwayat keluarga yang rhinitis yaitu dari suami saya, ada riwayat alergi pada kulit Tayo dan jenis kelamin laki-laki. 

Gejala asma pada Tayo juga sebenarnya sudah diidentifikasi oleh dokter sejak ia masih usia balita. Walaupun awalnya tampak sebagai gejala ringan namun ternyata bisa jadi memburuk ketika terpapar pemicu tertentu seperti tungau debu atau udara dingin. Kata dokter saya masih bersyukur karena tidak sampai terjadi serangan asma berat sebab pada beberapa anak lain ada juga yang jarang merasakan gejala namun dalam seketika bisa mengalami serangan asma yang berat.

Sejak Tayo divonis menderita asma, maka sebagai orang tua saya berusaha mencari lebih banyak informasi tentang apa yang bisa saya lakukan dalam mendampingi anak yang mengidap asma. Dari hasil membaca-baca informasi, saya jadi tahu tentang beberapa hal yang perlu dilakukan para orang tua yang memiliki anak yang menderita asma:

  1. Kenali dan catat gejala yang dialami anak-anak. Ketahui juga seberapa buruk gejala asma dapat mempengaruhi aktivitas keseharian anak 
  2. Mendeteksi seberapa sering serangan asma kambuh
  3. Kenali faktor pemicu yang dapat menyebabkan gejala memburuk seperti: hawa dingin, bulu binatang, olahraga, asap rokok, debu dan lain sebagainya
  4. Ketahui apa yang perlu dilakukan ketika serangan asma terjadi 
  5. Pahami berbagai macam jenis pengobatan asma dan cara kerja masing-masing obat
  6. Dengan bantuan dokter, menentukan pengobatan yang tepat untuk menangani asma anak
  7. Lakukan evaluasi apakah pengobatan sudah berhasil menangani gejala yang timbul dan mengurangi frekuensi serangan asma
  8. Mengetahui efek samping masing-masing obat, sehingga anak tidak diberikan obat melebihi dosis
  9. Mengetahui gejala-gejala kondisi darurat terjadi dan kapan harus segera mengantar anak ke rumah sakit
  10. Mengkomunikasikan dengan pihak sekolah bahwa anak menderita asma. Ini sangat penting untuk memastikan bahwa guru maupun orang-orang dewasa di sekitarnya dapat memahami kondisi anak serta tahu apa yang harus dilakukan jika anak tiba-tiba terserang asma di sekolah.
Asma memang tidak bisa disembuhkan tapi bisa dikendalikan. Tujuan pengobatan asma pada anak-anak adalah agar anak tetap dapat hidup baik dan normal, meminimalisasi gejala dan kunjungan ke dokter serta menemukan metode pengobatan yang tepat untuknya. Tes alergi yang sudah saya lakukan bertujuan untuk meminimalisasi gejala karena saya bisa tahu faktor apa yang jadi pencetus kambuhnya asma pada Tayo. Selanjutnya dokter juga sudah memberikan resep obat yang tepat untuk mengendalikan asma dan Nebulizer omron NE-C803 juga telah membantu saya dalam menjaga Tayo agar bisa tetap menjalani hidup dengan nyaman meskipun menderita asma.

You May Also Like

0 comments

Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)