Menghadapi Pendengki

by - August 21, 2015

Kemarin saya menulis status bernada agak keras di wall fb saya. Karena status saya tersebut ada teman yang bertanya, tumben saya bikin status seperti itu. Kenapa? Iya jujur saja selama ini saya memang jarang nulis status dengan nada keras seperti itu. Sebelum menuliskan status di fb saya memang selalu memikirkan dulu apa akibatnya. Karena apa yang kita tulis itu di medsos itu sangat mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. Apalagi saya juga punya anak dan suami, yang bakalan ikut menanggung malu seandainya saja saya sampai menuliskan hal-hal atau kata-kata yang tidak pantas dibaca di fb. Bukannya pengen jaim atau gimana di medsos. Dalam kenyataannya saya memang orang yang malas cari masalah. Bukan karena takut atau apa, tapi karena saya merasa sayang dengan diri saya sendiri. Dengan bermasalah dengan orang lain, itu sama artinya buang-buang energi saya. Dan itu melelahkan.

Sehingga selama ini kalau ada orang yang mancing-mancing masalah sama saya, biasanya lebih banyak saya cuekin asal tidak keterlaluan. Kalau sudah keterlaluan saya memang bisa marah, lha memangnya saya ibu peri? Saya juga manusia biasa yang punya batas kesabaran. Tapi selama saya masih bisa sabar, saya memang lebih suka mendiamkannya. Terserah lah..kamu mau apa, mau ngatain saya kayak gimana, nggak bikin saya masuk rumah sakit juga. Justru kalau saya jadi emosi efeknya malah saya sendiri yang jadi sakit. Emosi itu bener-bener nguras energi dan bikin sakit maag saya jadi kambuh. Jadi selama ini saya selalu berusaha untuk megontrol emosi saya biar nggak sampai merugikan diri saya sendiri.

Sayangnya...masalah yang kemarin itu benar-benar berhasil membuat saya jadi sangat emosi. Maka saya ucapkan selamat kepada Mister Pendengki yang sudah sangat berhasil memancing emosi saya kemarin. Iya saya memang sangat emosi karena kekesalan saya pada mister pendengki memang sudah sangat menumpuk. Saya nggak tau apa yang salah dengan jiwa dari mister pendengki ini. Mungkin dia memang punya masalah gangguan kejiwaan atau apa? Sehingga dari dulu tak henti-hentinya dia selalu berusaha cari masalah dengan saya. Padahal sejak dulu, saya tak pernah merasa punya masalah dengan dia dan tak pernah sedikitpun mengganggu kehidupannya.

Sudah cukup lama saya bersabar, sejak bertahun lalu dia pernah menghina dan merendahkan ibu kandung saya. Saya sudah diam. Padahal ibu saya sempat mengeluh pada saya karena sakit hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya, tapi waktu itu saya malah masih bisa menenangkan ibu saya dengan berkata, “Sabar Maaa..”.  Meski bagi saya kata-katanya  pada ibu saya itu memang sudah sangat keterlaluan, tapi saya juga tidak pernah memutus tali silaturahmi dengan orang tersebut. 

Saya masih mau memasukkannya dalam grup chat yang saya kelola, atas permintaan dari istrinya sendiri. Namun nyatanya saat bergabung dalam grup chat tersebut, mister pendengki ini juga tetap cari-cari masalah dengan saya. Salah satu contoh ketika saya berulang tahun. Beberapa anggota grup chat mengucapkan selamat ulang tahun dan mendoakan kebaikan bagi saya via grup. Bukankah itu merupakan hal yang wajar? Tapi anehnya tiba-tiba mister pendengki ini mengeluarkan komentar dengan mengatakan bahwa ngapain ulang tahun di kasih selamat, dalam islam itu nggak ada tuntunannya. Entah apa maksudnya dia komentar seperti itu, padahal saat anaknya sendiri ulang tahun dia juga merayakannya. Tapi giliran saya mendapat ucapan selamat ulang tahun di grup chat, dia tampak sangat tidak suka. Ya..dugaan saya sih mungkin dia cuma iri, karena kalau dia ulangtahun nggak ada seorangpun yang memberi ucapan selamat padanya, sehingga dia bersikap seperti itu. Karena masih bisa sabar, saya juga tidak menanggapi komentarnya di grup saat hari ulang tahun saya tersebut. Saya memilih untuk menikmati hari jadi saya dengan berbahagia saja daripada ngirusin komentar dari orang yang nggak jelas sepert dia.

Lalu pernah suatu ketika saya ngeshare sebuah tulisan di grup chat, yang menurut saya isi dari tulisan tersebut sangat bagus. Bisa mengingatkan pada saya untuk lebih sayang pada orang tua terutama pada ibu kandung kita. Saya hanya ingin berbagi hikmah pada anggota grup, termasuk mengingatkan diri saya sendiri untuk makin berbakti pada ibu. Tapi anehnya lagi-lagi mister pendengki ini tampak tidak suka dengan tulisan yang saya share. Padahal selama ini dia juga sering ngeshare tulisan atau foto di grup dan tidak pernah saya komentari negatif sedikitpun. Jadi mister pendengki ternyata langsung bereaksi dengan tulisan yang saya share, lagi-lagi dengan mengatakan itu tidak ada tuntunannya dalam Islam. Lalu nyerocos dengan komentar-komentar yang sok pintar dan bernada memojokkan saya, seolah-olah dia itu adalah kyai yang ilmunya paling tinggi dan paling benar. Lha saya juga jadi bingung, apa yang salah dengan tulisan yang saya share. Karena jengkel sayapun membalas komentarnya dengan kata-kata yang pedas juga, karena sikapnya itu sungguh sangat menjengkelkan. Lalu di akhir perdebatan kami, tiba-tiba dia melontarkan komentar, “grup apaan ini?” kira-kira seperti itulah maknanya. Dan sebagai admin dengan tegas saya katakan,  “Jika anda tidak suka berada di dalam grup ini, maka silahkan keluar dari grup”. Lalu mister pendengki itu langsung keluar dan saya lega karena dia sudah tidak ada lagi di dalam grup chat saya. 

Sejak dia keluar, suasana grup jadi terasa lebih nyaman. Kami para anggota grup masih tetap saling silaturahmi satu sama lain tanpa ada masalah sedikitpun. Tak ada lagi diskusi yang nadanya ingin menjatuhkan atau memojokkan orang lain. Saling memberi nasihat kebaikan dan berbagi  informasi positif di grup masih tetap kami lakukan hingga saat ini. Dan saya sudah nggak tau lagi gimana kabar mister pendengki, bahkan sudah melupakannnya.

Tapi kemarin siang tiba-tiba mister pendengki ini berulah lagi di FB, setelah sekian lama saya tidak pernah bertemu lagi dengannya. Dia menuliskan status yang meski tidak menyebut nama saya, tapi menyerang saya secara langsung dan terbuka dengan mengangkat masalah lama yang sebenarnya sudah clear sejak tahun 2011, tapi di tahun 2015 ini diangkat lagi dan dituliskan untuk memojokkan saya serta menganggap saya sebagai orang yang tidak tahu etika.  Status yang dia tulis itu, jelas terbaca di timeline fb saya, dan saya juga melihat sendiri bahwa istrinya yang nyata-nyata sudah tau masalah itu clear sejak tahun 2011 dan tidak punya maalah dengan saya juga malah ikut memberikan like di status suaminya tersebut. Saat itulah saya benar-benar marah, sebenarnya siapa yang tidak tahu etika? Jika memang mister pendengki ini tidak paham duduk masalah yang sebenarnya, apakah beretika jika langsung koar-koar nulis status di FB yang jelas diarahkan pada saya seperti status ABG ALAY seperti itu. Padahal sebenarnya itu hanya masalah sepele, namun oleh mister pendengki masalah tersebut dibesar-besarkan dan dituliskan di medsos yang semua orang bisa membaca dengan tujuan untuk memancing emosi saya. Dan sayangnya..dia berhasil.

Iya saya memang langsung emosi membaca statusnya. Tapi bukan gaya saya jika saya kemudian  membalas dengan mengomentari statusnya yang tidak tahu etika itu secara langsung sehingga menimbulkan perang terbuka di dunia maya. Itu bukan gaya saya. Makanya kemudian saya membuat status bernada agak keras di wall fb saya sendiri, yang memang saya tujukan untuk mister pendengki itu agar dia mau introspeksi diri. Tapi nyatanya dia memang tidak pernah bisa introspeksi diri. Dia adalah orang dengan karakter yang selalu merasa bahwa dirinya itu adalah orang yang paling benar dan paling suci di muka bumi ini. Anehnya lagi, saat saya tanyakan ke istrinya kenapa istrinya ikut memberi tanda like di status fb mister pendengki ini? Kata istrinya dia merasa sama sekali nggak memberi like pada status itu dan sudah lama banget nggak buka fbnya sendiri. Aneh banget, apa iya mister pendengki ini yang ngelike status nyinyirnya itu pakai fb istrinya. Lalu tujuannya apa? Weird...

Kemarin saat emosi saya terpancing, saya memang jadi merasa sangat tidak nyaman. Saya tahu sebenarnya memang itulah yang diharapkan oleh seorang pendengki, yaitu berusaha menebar kedengkian dengan tujuan untuk mengganggu kenyamanan hidup kita. Saat emosi kita berhasil terpancing disitulah letak keberhasilan dari mister pendengki ini. Sayang sekali, kemarin saya kalah dan dia menang. Tapi ketahuilah bahwa kemenangan itu nggak bertahan lama. Rasanya buang-buang energi sekali kalau saya harus berlama-lama emosi meladeni kelakuan si mister pendengki ini. 

Maka saya memilih untuk mengambil sikap untuk kembali menjadi diri saya sendiri. Jika saya membalas kenyiyirannya itu dengan ikut-ikutan nyiyir di fb, itu artinya saya juga nggak ada bedanya sama dia. Sungguh malu saya jika sampai saya membuat status nyinyir di fb yang faktanya sebenarnya jauh berbeda dengan yang sudah terlanjur saya nyinyirkan itu. Tapi sepertinya hal ini sama sekali nggak berlaku buat mister pendengki yang saya maksud.  Atau mungkin saja urat malunya memang sudah putus?who knows..

Mulai sekarang silahkan saja anda menulis apapun sesuka hati anda untuk mengolok-olok saya. Saya heran laki-laki seperti anda kok beraninya hanya mengolok-olok wanita yang sedang hamil muda seperti saya lewat dunia maya. Kenapa tidak berani menghadapi saya secara langsung? Saat istri anda melahirkan beberapa waktu lalu, saya saja masih mau bersilaturahmi untuk mengucapkan selamat pada istri anda, tapi anda sendiri malah tak mau atau tak berani menemui saya secara langsung.

Sejujurnya jika mister pendengki ini mau sadar dan instropeksi serta mengakui kesalahannya, pintu maaf saya masih tetap terbuka. Tapi jika mister pendengki ini memang tetep kekeh pada sikap dan hatinya yang keras, ya silahkan saja. Karena sebenarnya dengan terus-terusan anda mendengki pada saya maka anda sendirilah yang akan merasakan kesusahan hidup. Bagi saya, cukup sudah untuk yang terakhir kali emosi saya terpancing kemarin. Saya pikir tak ada gunanya juga saya memikirkan apalagi menanggapi kedengkian yang anda tebarkan lewat medsos. Saya nggak akan unfriend atau block anda di fb.  Saya lebih suka menuruti nasehat dari  suami saya yang mengatakan “wong ora jelas, ora usah digagas”.

Jadi  jika mister pendengki membaca tulisan di blog saya ini, saya cuma mau bilang “Silahkan saja bertingkah  sesuka hatimu, saya sudah tidak perduli lagi. Kelak jika waktunya tiba kau akan rasakan sendiri akibatnya.  Bagi saya, anda ada dan tiada itu sama saja. Toh anda bukan bagian dari keluarga saya, bukan tetangga saya, juga bukan teman kantor saya. So..terserah..anda mau terus-terusan benci dan dengki sama saya, nggak ada ruginya kok buat saya ....Silahkan :) "



You May Also Like

0 comments

Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)