Sosok Dokter Gigi Itu Sumber Inspirasiku Untuk Berbagi

by - July 17, 2014



Betapa tenangnya batin, saat menikmati indahnya berbagi bersama anak yatim dan dhuafa. Itulah kedamaian sejati yang dirasakan oleh sosok drg. Prasasti Bintarum.


Namanya drg. Prasasti Bintarum, saya biasa memanggilnya bu Sasti. Saya kenal beliau setahun yang lalu. Berawal dari kepindahan beliau ke puskesmas tempat saya bekerja pada pertengahan tahun 2013. Kesan pribadi saya saat berkenalan dengan bu Sasti adalah beliau merupakan pribadi yang ramah dan sederhana. Juga teman ngobrol yang seru dan menyenangkan.

Saya dan Bu Sasti
Selain ramah pada sesama karyawan, bu Sasti juga seorang dokter gigi yang sangat ramah dan telaten dalam menangani pasien yang berkunjung di puskesmas kami. Dalam suatu kesempatan saat kami ngobrol di sela jam istirahat kantor, saya pernah bertanya, “ Bu Sasti di rumah juga buka praktek dokter gigi?” tanya saya ingin tahu. “ Ah..enggak bu, saya praktek dokter gigi cukup di puskesmas saja. Kalau sudah di rumah waktu saya khusus untuk mengurus keluarga dan anak-anak di Rumah Yatim” Jawab bu Sasti. “ Bu Sasti punya lembaga rumah yatim?” tanya saya lagi. “Iya bu, tapi jangan dibayangkan sebagai lembaga yang besar lho…karena pengelolanya juga masih terbatas. Saya mengelola rumah yatim dan dhuafa karena kegiatan ini lebih menentramkan hati saya daripada buka praktek dokter gigi swasta. Saya merasa lebih bahagia mengisi waktu luang dengan menjalani kegiatan sosial semacam ini ” Jawab bu Sasti lagi.

Sosok Inspiratif drg. Prasasti Bintarum
Bu Sasti memang sosok dokter gigi yang sangat gemar melakukan kegiatan sosial. Setiap kali medengar ada bencana atau musibah yang terjadi bu Sasti selalu tergerak untuk terjun langsung membantu korban bencana. Kiprahnya dalam mendirikan Rumah Yatim dan Dhuafa berawal dari gempa bumi tahun 2006 yang telah meluluhlantakkan Bantul 8 tahun yang lalu. Saat itu banyak tetangga bu Sasti yang kehilangan rumah dan anggota keluarga. Bu Sasti sendiri cukup beruntung karena rumahnya tidak hancur oleh gempa dan seluruh anggota keluarga juga selamat dari musibah itu. Melihat penderitaan warga sekitar, bu Sasti tergerak untuk membantu para korban gempa dengan cara berkeliling memberikan bantuan pengobatan serta logistik yang dibutuhkan warga. 
 
Saat berbagi bersama pengungsi Merapi
Perlahan-lahan warga Bantul mulai bangkit, namun ternyata bencana ini menyisakan anak-anak yang jadi tidak bisa melanjutkan sekolah karena kehilangan ayah atau ibu. Kondisi ini membuat bu Sasti tergerak untuk membantu anak-anak yatim piatu agar mereka tetap dapat melanjutkan sekolahnya sampai dengan perguruan tinggi. Awalnya bu Sasti hanya membantu beberapa anak  saja dengan menggunakan uang pribadi, namun ternyata anak yang butuh bantuan biaya sekolah jumlahnya semakin bertambah. Hal ini mendorong bu Sasti untuk mencarikan informasi beasiswa bagi anak-anak tersebut. Dengan kemampuan bahasa asing yang beliau miliki, bu sasti mulai mengajukan permohonan beasiwa untuk anak-anak yatim korban bencana ini ke luar negeri seperti Mesir. Ternyata usaha bu Sasti membuahkan hasil, ada beberapa anak yang berhasil mendapat bantuan dari Mesir berupa dana pendidikan yang diberikan setiap bulan secara lansung kepada mereka. Tak hanya ke luar negeri, bu sasti juga terus memperluas jaringan dengan menghubungi para pengusaha dan donatur di Jogja dan sekitarnya dengan tujuan untuk mengumpulkan dana bagi kelangsungan pendidikan anak-anak yatim tersebut.  

Menerima santunan dari donatur

There is a will there is a way, alhamdulilah dengan didasari niat yang tulus Allah telah memudahkan ikhtiar bu Sasti. Banyak pihak yang tergerak hatinya untuk turut membantu memberi bantuan biaya pendidikan bagi anak-anak yatim korban gempa bumi, sehingga semua anak bisa mendapat besasiwa pendidikan setiap bulan dengan sumber dari donatur yang berbeda-beda. Perjuangan bu sasti tak berhenti disitu saja, bu Sasti kemudian mulai membangun pesantren sederhana untuk memfasilitasi anak-anak asuhnya belajar mengaji setiap sore. Tak hanya belajar Baca Tulis Alquran, Fiqih Islam dan Tahfidz Al-qur’an, pada hari-hari tertentu juga diadakan bimbingan belajar yang bekerjasama dengan Genius yaitu belajar matematika dengan metode happy and fun. Dalam kesehariannya anak-anak ini tidak menginap di pesantren, mereka hanya datang pada sore hingga malam hari untuk belajar kemudian pulang lagi ke rumah masing-masing.

Bu Sasti dan anak-anak asuhnya
Hasil jerih payah bu Sasti akhirnya membuahkan hasil, banyak anak asuhnya yang sukses menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi dan bisa mandiri. Setelah mengantarkan mereka sukses bu Sasti masih terus menerima anak-anak yatim dan dhuafa yang butuh bantuan pendidikan serta tidak hanya terbatas pada anak yatim piatu korban gempa, namun anak-anak dhuafa dari desa lain juga ada yang menjadi anak asuhnya. Saat ini jumlah anak asuh bu Sasti ada 65 anak dan pesantren yang didirikan oleh bu Sasti ini di beri nama Rumah Yatim & Dhua’fa Al Ma’ruf yang beralamat di Dukuh RT 15 Pendowoharjo, Sewon, Bantul Yogyakarta.

Anak-anak Rumah Yatim dan Dhuafa Al Ma'ruf
Di Bulan Ramadhan ini bu Sasti makin bersemangat untuk terus berbagi dengan anak yatim dan  dhuafa. Selain rutin mengajak anak asuhnya untuk mengaji dan buka puasa bersama, bu Sasti juga aktif mendaftarkan anak-anak asuhnya tersebut untuk mengikuti lomba seperti pildacil, tahfidz dan menggambar dalam berbagai event ramadhan yang banyak diselenggarakan seperti Lomba Olimpiade Anak Sholeh yang di gelar di Yogyakarta beberapa waktu lalu. Tujuannya adalah untuk menambah semangat dan rasa percaya diri anak-anak. Yang saya ketahui ada beberapa anak asuh bu Sasti yang berhasil mengukir prestasi di ajang lomba tersebut. Mungkin terlihat sederhana namun efeknya sangat luar biasa bagi mereka. Selain aktif berbagi dengan anak yatim dan dhuafa, selama Ramadhan ini bu Sasti juga aktif berbagi hikmah dan pengetahuan yang dimilikinya melalui siaran radio persatuan 94,2 FM.







Bu Sasti merupakan sosok dokter gigi yang semangat berbaginya telah banyak menginspirasi saya. Kecintaannya terhadap anak yatim dan dhuafa itu sama besarnya dengan kecintaannya terhadap kedua anak kandungnya sendiri. Bu Sasti bisa saja memilih untuk membuka praktek dokter gigi swasta atau melanjutkan S2 spesialis konservasi gigi yang kini banyak diminati para dokter gigi demi meningkatkan pemasukan pribadinya. Namun bu Sasti lebih memilih untuk membagi waktu, perhatian dan ilmu yang dimilikinya untuk menggembirakan hati para yatim dan dhuafa. Bu Sasti sering berkata bahwa kebahagiaan anak-anak yatim inilah yang kelak akan mengantarkan kita menjadi tetangga Rasulullah SAW di surga. Saat anak-anak ini tersenyum bahagia karena berkumpul bersama orang-orang yang sayang dan perduli pada mereka, maka akan terlantun untaian doa bagi para pemerhati mereka, “ Ya Rabbana..Sayangilah Mereka (Para Dermawan) sebagaimana mereka menyayangi dan memperhatikan kami, Mudahkanlah urusan mereka, Bukakanlah pintu rizqi selebar-lebarnya untuk mereka. Amin..amin..amin..Ya rabbal alamin.”

Dalam tawa ceria mereka terselip doa

*)Sumber Foto-Foto : Koleksi Pribadi dan Koleksi FB drg. Prasasti Bintarum yang telah mendapat ijin dari yang bersangkutan untuk tayang di Blog ini


You May Also Like

0 comments

Terimakasih Teman-Teman Semua Atas Komentarnya :)